Dipicu oleh kerinduan Dr. Chris Marantika untuk menjangkau jiwa-jiwa yang belum percaya Tuhan Yesus, maka saat beliau studi doktoralnya di Dallas Theological Seminary (DTS), Dallas, Texas, USA. Beliau berpikir bahwa untuk mencapai hal tersebut, maka salah satu caranya adalah dengan mendirikan sebuah seminary yang berbeda dari yang lain, yaitu dengan system pembelajaran 3,5 hari di kampus dan 3,5 ada di tempat pelayanan/belajar di luar kampus dan seminary tersebut harus bisa di akses oleh semua denominasi Gereja2 gereja yang ada di Indonesia dengan kata lain seminary tersebut harus bersifat Interdenominasi.
Salah satu syarat mendirikan sebuah seminary waktu itu adalah harus ada sebuah Yayasan yang akan menjadi naungan bagi seminary tersebut. Oleh karena itu saat pak Chris melakukan penelitian Disertasinya di Indonesia, beliau bertemu dengan beberapa orang teman lamanya, yaitu Pdt. Daniel Maradi Marantica, EdD, Pdt John B. Rembeth, BTh., Pdp. Titus Y. Abraham. Dalam pertemuan tersebut, Pak Chris mengutarakan kerinduannya untuk mendirikan sebuah seminary yang laian dari yang sudah ada dengan tujuannya yaitu memenangkan Indonesia bagi Kristus, dan salah satu syarat untuk mendirikan seminary adalah harus ada sebuah Yayasan yang didirikan untuk menaungi seminary tersebut. Oleh karena itu dalam pertemuan tersebut juga dibahas tentang pendirian sebuah Yayasan, dan inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Yayasan yang diberi nama YAYASAN IMAN INDONESIA. Mengapa namanya Yayasan Iman, karena disamping tidak memiliki modal yang cukup, Pak Chris juga percaya bahwa salah satu modal penting dalam pergerakan ini adalah Iman kepada Allah yang Maha Besar.
Berdasarkan dari pertemuan dari 4 orang sahabat tersebut, maka disepakatilan untuk mendidikan sebuah Yayasan yang akan menjadi lembaga yang akan menaungi seminary yang akan dirikan tersebut. Akhirnya mereka sepakat mengutus pdp Titus Abraham untuk menghadap ke Notaris Abdul Latif, seorang notaris yang berkedudukan di Jakarta, yang telah dikenal oleh Pdp Titus.
Pada tanggal 30 Juni 1976, Mereka berempat, Pdt. Chris Marantika, Pdt. Daniel Maradi Marantica, EdD, Pdt John B. Rembeth, BTh., Pdp. Titus Y. Abraham, menghadap kepada Notaris Abdul Latif, SH, sepakat membuat Legalitas dari Yayasan yang akan didirikan, dengan modal dari Patungan sebesar Rp 10,000. Oleh karena itu tgl 30 Juni 1976 disepakati sebagai hari lahirnya Yayasan yang diberi nama YAYASAN IMAN INDONESIA. Dan alamat Kantor Yayasan Iman Indonesia yang pertama di Jl, Dr. Susilo 7A/1, Grogol, Jakarta Barat.
Disamping itu mereka juga menyusun dasar pengakuan Yayasan Iman Indonesia yaitu:
Maksud dan tujuan Yayasan Iman didirikan adalah untuk mendidik dan membina umat Kristen yang terpanggil untuk mengemban tugas gerejani antara lain sebagai pendeta penginjil, pendidik Kristen dll. Dalam bidang kepemimpinan Kristen yaitu membantu gereja-gereja mengemban Amanat Agung Tuhan Yesus. Untuk itu Yayasan Iman akan mendirikan Seminari Theologia setingkan universitas dengan memberikan gelas Sarjama Muda Theologia dan Sarjana Theologia dan menyelenggarakan penyegaran rohani umat beriman.
Kekayaan Yayasan terdiri dari pangkal kekayaan pertama yang telah dipisahkan oleh pada pendirinya sebesar Rp 10.000 (sepuluh ribu rupiah) dan julah tersebut akan ditambahkan pada waktu-waktu yang akan datang. Yayasan juga memutuskan akan menerima sumbangan-sumbangan berupa warisan, Hibah, dan sumbangan-sumbangan lain yang tidak mengikat, yang sah dan tidak melanggar UU dalam Negara RI. Hasil sumbangan- sumbangan tersebut akan ditampung disebuah bank yang ditentukan oleh pengurus.
Anggota pengurus diangkat untuk jangka 5 (lima) tahun sesudah itu mereka dapat diangkat kembali. Anggota jabatan pengurus dapat berakhir sewaktu-waktu karena : atas permintaan sendiri, meninggal dunia, dan diberhentikan menurut keputusan rapat Badan Pendiri. Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris berhak mewakili Yayasan di dalam maupun diluar pengadilan dan berhak melakukan segala perbuatan atas nama Yayasan. Adapun Pengurus “ Yayasan Iman” adalah :
Demikianlah sejaran Yayasan Iman Indonesia, yang diambil dari berbagai sumber.